Kamis, 12 Maret 2009

Beburu Berkah Air "Sumur Tolak"

Secara fisik, terlihat tidak ada yang membedakan sumur itu dengan sumur –sumur lainnya. Kecuali bangunan sederhana dengan ukuran sekitar 2 x 3 meter yang dibuat secara khusus sebagai pelindung. Namun mengapa sore itu, Rabu (22/1/2008) banyak warga berduyun-duyun membawa jerigen, teko dan botol aqua dengan ukuran besar, yang dipergunakan untuk mengambil air di sana?
Sumur tolak. Demikian sumur itu dikenal oleh masyarakat setempat, sumur ini terletak di Krapyak, Kerjasan, Kudus. Konon, sumur ini adalah peninggalan Syaikh Abdurrahman, salah seorang murid kinasih (kesayangan) kanjeng Sunan Kudus, yang kini makamnya berada di Dukuh Blender, Desa Peganjaran, juga mempunyai nama lain Joyowiryo.
Asal muasal sumur yang berlokasi sekitar 2 kilometer arah utara Menara Kudus, ini adalah dari bekas tombak Syaikh Abdurrahman. Menurut empunya cerita, dulu kerajaan Majapahit Hindu terusik dengan majunya kerajaan Islam Demak. Sehingga diadakanlah penyerangan lewat arah utara yaitu melewati Kudus.
Namun sesampai di utara Menara Kudus, yaitu sebelum sumur tolak, para prajurit kerajaan Majapahit kelelahan dan kehausan. Melihat musuh yang akan menyerangnya kelelahan dan kehausan, Syaikh Abdurrahman pun kasihan dan membantunya dengan memberi air minum sebagai "Tombo Ngelak" (TOLAK) atau "pelepas dahaga".
Warga sekitar sumur tolak percaya, sumur peninggalan Syaikh Abdurrahman itu memiliki karomah dari Allah Swt. Sehingga setahun sekali, pada pertengahan bulan Suro (Muharram), mereka berduyun-duyun mengambil air di sumur tersebut.
Namun sebelum airnya diambil, terlebih dahulu diadakan ritual pada hari-hari sebelumnya, yaitu dengan membaca kalam-kalam Ilahi, berdzikir dan berdo'a kepada Allah.
[jurnalkudus]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar