Rabu, 24 Mei 2017

Grebeg Apeman di Makam Mbah Gareng Undaan

Beberapa gunungan yang di antaranya berisi apem, terlihat dipikul beberapa orang untuk diarak menuju makam Syeh Abdullah Gareng. Tampak juga gunungan lain berisi buah-buahan, sayuran dan hasil pertanian juga dibawa dalam kegiatan Grebek Apeman Desa Undaan Lor, Kecamatan Undaan, Kudus.

Setelah berada di depan makam Syeh Abdullah Gareng, kesembilan gunungan tersebut ditempatkan di halaman makam untuk didoakan. Terlihat ratusan warga sudah berkumpul di area setempat. Saat doa yang dipimpin Datuk KH Moch Sokram belum usai, masyarakat yang berada di lokasi segera berebut isi gunungan. Tidak hanya masyarakat dewasa, puluhan anak-anak pun telihat ikut berjibaku mendapatkan apem dan isi gunungan lainnya.

Satu di antara masyarakat yang ikut berebut gunungan, yakni Nafisah (25). Dia tampak semringah setelah mendapatkan 12 apem dan beberapa ikat padi. Dengan menggendong anak laki-lakinya, kepada Seputarkudus.com dia mengaku ikut berebut apem karena anaknya yang meminta. Menurutnya, beberapa hari sebelum pelaksanaan Grebek Apeman, Fadil Murtadho (5), anak Nafisah, rewel ingin ikut kegiatan.
“Fadil yang ingin ngajak terus. Dia ingin cari jajan,” tuturnya sambil membawa ikat padi dan apem yang masih terbungkus plastik, Minggu (21/5/2017).

Menurutnya, empat kali pelaksanaan kegiatan Gerebek Apeman, dirinya selalu tidak ketinggalan. Apem yang didapatnya, akan dikonsumsi. Sedangkan beberapa ikat padi akan ditanamnya di lahan sawah miliknya. “Semoga mendapatkan berkah,” tambahnya.

Panitia Grebek Apeman Muhammad Rois (35) mengungkapkan, kegiatan tahunan Grebek Apeman dilaksanakan sejak tahun 2014. Menurutnya, sebelum bernama Grebek Apeman dulunya bernama Kirab Apeman. “Kegiatan ini sudah dilakukan empat kali. Dan hari ini namanya dirubah menjadi Grebek Apeman,” ungkapnya.

Kegiatan tahunan yang dilaksanakan di setiap bulan Ruwah menurutnya diikuti masyarakat Desa Undaan Lor, Kecamatan Undaan dan masyarakat sekitar. Terdapat sembilan gunungan di mana tiga di antaranya berisi apem yang dihias. Selebihnya berisi buah-buahan, sayur dan hasil pertanian yang ada di Undaan Lor. “Gunungannya juga ada yang berisi jajanan pasar dan ingkung (ayam),” jelasnya.

Menurutnya, apem yang disusun menjadi tiga gunungan yakni sejumlah 3.000 lebih. Dia menjelaskan, setiap gang di Desa Undaan Lor diberi tanggung jawab untuk membuat apem 100 buah. “Jumlah gang ada 32, setiap kampungnya (gang) diberi jatah membuat 100 buah apem,” tambahnya.

Menurutnya, gunungan berisi apem diarak dari Gang 3 Masjid Baitussalam melewati Balai Desa Undaan Lor. Setelah itu menuju Masjid Jami’ Baitul Mu’minin di Gang 24. Rois mengungkapkan, para peserta kirab juga mengunjungi makam Kiai Idris dan Kiai Zuhri Ma’no yang makamnya satu lokasi dengan Masjid Jami’ Baitul Mu’minin. “Setelah itu kirab berakhir di makam Syeh Abdullah atau Mbah Gareng,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Desa Undaan Lor Edy Pranoto menuturkan, tradisi apeman sudah ada sejak zaman dulu yang dilakukan umat Islam. Menurutnya kegiatan tersebut dilakukan di bulan Ruwah menjelang bulan Ramadan. “Selain untuk melestarikan budaya, juga untuk mempersatukan seluruh masyarakat di Desa Undaan Lor,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, menjelang bulan Ramadan, tradisi masyarakat Desa Undaan Lor dari zaman dahulu memang sudah membuat apem. Namun adanya apem tersebut tidak dibuat kirab melainkan hanya acara doa biasa. Saat menjabat sebagai kepala desa, dirinya inisiatif membuat sebuah kegiatan kirab.
“Kata Apem berasal dari kata afuan atau afuwwu yang berarti ampunan. Oleh lidah orang Jawa menjadi Apem, ” jelasnya.

Sumber: Imam arwindra/seputarkudus.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar